Rabu, 21 September 2016

Mahasiswa dan Tanggungjawab Sosial


Oleh; Disiana Ratri Suryandari*

“Aku ingin agar mahasiswa-mahasiswa ini menyadari bahwa mereka adalah “the happy selected few” yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya.”
(Soe Hok Gie, Cacatan Seorang Demonstran)
           
Petikan kalimat tersebut menggambarkan mahasiswa memiliki dua tanggungjawab (akademik dan sosial). Adapun peran tersebut seharusnya dipahami mahasiswa ketika mengawali terjun dalam dunia kampus. Maka, momentum orientasi pengenalan kampus (Ospek) bagi mahasiswa baru (maba) sangat relevan digunakan sebagai media proses penyadaran akan tanggungjawab tersebut.
Ospek menjadi ruang pembentukan karakter maba tidak terlepas dari peran panitia penyelenggara (senior maba). Oleh karena itu, keberhasilan ospek terletak di tangan panitia. Apakah ospek hanya dimaknai ritual tahunan untuk sekedar melepas tanggungjawab organisasi, atau digunakan sebagai media mendidik maba agar menajadi mahasiswa ideal dengan bergam tipe.
Berbicara tipe mahasiswa, ada beberapa jenis mahasiswa. Dari hasil pengamatan penulis, ada beberapa tipe mahasiswa yang terdapat dikampus manapun. Pertama, mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang). Kelompok ini terkesan nyantai dan tidak peduli terhadap realitas kampus. Kedua, mahasiswa segitigas mas (kulia, kantin, kamar) tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe yang pertama. Ketiga, akademi ansich, mahasiswa ini hanya fokus belajarr untuk mendapatkan nilai tinggi. Keempat, mahasiswa aktivis-akademik. Bagi penulis kelompok ini yang paling ideal, dalam pengertian mahasiswa tidak hanya memperoleh ilmu di bangku kuliah, namun lebih banyak melalui ruang kultural, seperti  diskusi, baca buku, seminar dan organisasi.
Dos, ospek layaknya mengandung unsur yang mendidik, penyadaran dan pembangunan karakter. Adapun unsur mendidik dapat direalisasikan berupa pembangunan mental kemandirian, tanggungjawab, disiplin dan kesadaran sosial. Kita semua paham bahwa mahasiswa tidak hanya menyelesaikan tugas akademik, tapi ada tugas sosial (berbuat untuk sesama) yang mesti harus diselesaikan juga.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dipahami maba dalam menjalani selama ospek, diantaranya: Pertama, proses penyadaran bahawa sejak menyandang label mahasiswa bersamaan itu juga ia mempunyai tanggungjawab sosial. Kedua, menentukan pilihan–ingin menjadi tipe mahasiswa apa–yang nantinya akan menentukan cara pandang, aktivitas dan kehidupan sehari-harin di kampus kelak. Ketiga, bahwa mahasiswa harus berpikir jangka panjang untuk mentukan skill individu. Hal ini akan menentukan pilihan aktivitas kegiatan yang akan diambil sebagai pengetahuan tambahan di luar bangku kuliah.
Menyadari semua itu, mahasiswa harus mampu memaknai ritual tahunan tersebut. Sehingga ospek tidak hanya menjadi ajang hura-hura, asyik-asyikan dan mencari teman. Harapan besar dari ospek adalah sebagai medium maba menentukan pilihan. Nah, selanjtutnya kembali pada pribadi masing-masing, akan menjadi mahasiswa tipe yang mana? Namun demikian, realitas bahwa mahasiswa selain belajar juga mempunyai tanggungjawab sosial merupakan prinsip dasar yang harus dipegang oleh maba.

7 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar