Rabu, 21 September 2016

Masyarakat Sehat Modal Masadepan Bangsa

Refleksi Hari Gizi Nasional ke 57

Masyarakat Sehat Modal Masadepan Bangsa
Oleh : Abu Laka*)

Ditengah hiruk-pikuk persingan partai politik dalam menyongsong pemilihan calon legeslatif (pilcalag) dan pemilihan presiden (pilpres) 2009. Hari ini Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-57. Tentunya momentum ini menjadi “ladang empuk” parpol mencari simpatik masyarakat. Namun tidakkah mereka tahu fakta real masyarakat Indonesia yang kekurangan gizi maupun gizi buruk. Coba saja lihat data yang sudah dikumpulkan oleh lembaga-lembaga terkait.
Departemen kesehatan telah merilis data periode tahun 1996-2005 menunjukkan bahwa angka kurang gizi anak Indonesia mencapai 28,04%. Data Unicef tahun 2006 menyatakan jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta (tahun 2005) menjadi 2,3 juta (2006). Di luar 2,3 juta penderita gizi buruk masih ada 5 juta lebih mengalami gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang ini sekitar 28% dari total balita di seluruh Indonesia. Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian tahun 2007 mencatat Sekitar lima juta balita di Indonesia terindikasi kekurangan gizi, akibat kurangnya asupan makanan, dan rendahnya daya beli masyarakat, termasuk minimnya ketersediaan pangan.

Dan yang paling mengejutkan lagi hasil sementara Survei Kesehatan Nasional (Balitbangkes) di Departemen Kesehatan yang masih berlangsung hingga saat ini. Survei itu baru mengambil data 28 dari 33 provinsi yang ada di Tanah Air. Dari hasil penelitian itu menyatakan sebanyak 37 % anak Indonesia usia 0-5 tahun bertubuh pendek karena kekurangan gizi (Tempo, 27 Agustus 2008). Dari data tersebut menunjukan bahwa prevalensi gizi buruk masih tergolong tinggi. Fakta tersebut merupakan persoalan serius yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Kalau realitas ini didiamkan begitu saja, kita tidak tahu bagiamana masadepan generasi penerus negeri ini.

Bagimana akan menjadi bangsa yang bermartabat kalau generasi mudanya lemah, SDM nya rendah dan tidak inovatif. Sedangkan untuk menjadikan generasi yang kuat, cerdas dan berwawasan luas, tentunya dimulai dari kesahatan secra fisik. Kesehatan bisa dinikmati bila pasokan makanan yang wajib dikonsomsi oleh tubuh manusia terpenuhi setiap hari. Dengan demikian adalah sebuah keniscayaan suatu usaha pencegahan dan mengurangi gizi buruk bagi anak-anak Indonesia.

Menuju Indonesia Sehat
Diantara Negara-negara Asia, misal kita bandingkan dengan Thailand, Malaysia dan Singpura, Indonesia menduduki posisi teratas dalam kekurangan dan gizi buruk. Sungguh “ironis”, Indonesia sudah merdeka 64 tahun silam, sedangkan peringatan HGN sudah ke 57. Itu artinya  57 tahun Indonesia sudah mempunyai kesadaran kesehatan, terhitung setelah 14 tahun Indonesia merdeka. Namun, masih banyak anak-anak Indonesia mengalami gizi buruk. Pertanyaanya mengapa hal ini bisa terjadi?

Ada banyak faktor hal ini terus terjadi, diantaranya letak geografis sehingga penyaluran beras, makanan-makanan kadang tersendat. Kurangnya kesadaran masyrakat akan pentingnya makanan bergizi untuk kesehatan tubuh. Dan faktor yang tak kala penting lemahnya ekonomai rakayat. Menurut penulis foktor ini menjadi the basic problem (persolan utama) penyebab masyarakat kekurangan gizi. Kenapa demikian? Karena ketika faktor geografis dan kesadaran masyarakat sudah dimiliki, hal itu menjadi sia-sia, ketika mau belanja makanan bergizi tidak ada biaya.

Bangsa yang kuat dan bermartabat dibangun dengan modal pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkulitas tentunya melahirkan SDM yang bermutu. Kita lihat kenapa Negara Jepang bisa maju, bahkan industrinya menjadi ancama dunia. Ternyata, Takashi Osada pernah mengtakan, mengapa Jepang bisa maju, karena Jepang memliki sumber daya yang melimpa, salah satunya yang dimaksud adalah SDM. Betapa signifikannya peran SDM dalam membangun sebuah Negara (nation building). Dengan modal SDM Jepang bisa menjadi Negara yang kuat, padahal kalau kita bandingkan SDA Jepang dengan Indonesia, jelas Negara kita lebih unggul.

Kalau melihat data yang dirilis oleh UNDP tahun 2000 tentang mutu SDM, Indonesia berada urutan 109, jauh dibawah Malaysia nomor 69 dan Berunai Darussalam nomor 32. Saya kira konidisi ini sebanding dengan tinginya data penduduk Indonesia yang mengalami gizi buruk. Itu artinya kesehatan masyarakat akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya SDM. Langka kuratif pemerintah yang mencanangkan program Indonesia sehat 2010 merupakan solusi yang solutif dalam meningkatkan SDM masyarakat indonesia.

Upaya Kolektif
Selain tangung jawab pemerintah, penanggulangan gizi buruk juga menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebagimana Deputi Kepala Perwakilan Badan Pangan Dunia PBB, World Food Program (WFP) untuk Indonesia, Bradley Busseto pun pernah mengatakan ketika kunjungannya ke Indonesia pada bulan oktober 2008 lalu bahwa kondisi tidak menguntungkan ini (gizi buruk) harus kita tanggulangi secara bersama-sama terutama para pengusaha mengumpulakan dana untuk memberikan bantuan kepada yang kurang mampu.

Sejauh pemahaman penulis, peran kolektif–elemen pemerintah, swasta, LSM, lintas instansi, dan masyarakat­ umum dalam penanggulangan gizi burk adalah pilahan yang paling tepat. Peran berjamaah tersebut diaplikasikan dalam beberapa langka strategis. Pertama, peran pemerintah pada wilayah mengurangi kemiskinan rakyat indonesi. Dalam konteks ini, langka kongret yang sudah dilakukan oleh pemerintahan SBY-JK adalah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program ini merupakan gabungan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang mampu menciptakan lima juta lapangan kerja selama periode 2007-2009. Anggaran untuk PNPM mencapai Rp. 14,4 triliun dalam kurun waktu 2007-2009. Dalam melaksankan program tersebut pemerintah akan bekerja sama pada instansi yang terkait, yang tersebar di 19 departemen. Program itu, antara lain, program biaya operasional sekolah (BOS), pengadaan obat dan pelayanan kesehatan murah, bantuan langsung tunai (BLT).

Kedua, revitalisasi suprastruktur kesehatan, misal menata ulang konsep fungsional pos pelayanan terpadu (posyandu) masyarakat pedesaan. sehingga posyandu benar-benar menajadi lembaga sosial yang berperan dalam membantu kesehatan masyarakat. Dalam konteks ini, peutugas posyandu tidak hanya sekedar menjalankan tugas profesi, tapi bagaimana bisa memberikan pemahaman pada masyarkat bahwa gizi sangat penting bagi pertumbuhan anak-anak mereka.

Ketiga, membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui sosialisasi dan penyuluhan kesehatan. Upaya ini harus diawali kerja sama lintas instansi agar pintu pemhamana masyarakat akan terbuka lebar. Keempat, reformulasi kurikulum pendidikan yang memberikan ruang lebih terhadap mata pelajaran yang berkatian dengan kesehatan, terutama sekolah tingkat dasar. Penanaman kesadaran diusia dini akan memberikan dampak luar biasa. Jika diusia dini sudah tertanam kesadaran pentingnya kesehatan, maka diusia selanjutnya terus membiasakan hidup sehat.

Sudah waktunya menjadi Bangsa yang sehat dan kuat. Masyarakat sehat merupakan investasi terbesar untuk menuju masadepan Bangsa Indonesia yang lebih baik lagi. Bangsa yang bangkit dari keterpurukan, lepas dari krisis jeratan multi dimensi menjadi Negara yang sejahtera dan bermartabat. Amiin


2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar