Refleksi
Hari Gizi Nasional ke 57
Masyarakat Sehat Modal Masadepan Bangsa
Oleh : Abu Laka*)
Ditengah hiruk-pikuk persingan
partai politik dalam menyongsong pemilihan calon legeslatif (pilcalag) dan pemilihan
presiden (pilpres) 2009. Hari ini Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari
Gizi Nasional (HGN) ke-57. Tentunya momentum ini menjadi “ladang empuk” parpol
mencari simpatik masyarakat. Namun tidakkah mereka tahu fakta real masyarakat
Indonesia yang kekurangan gizi maupun gizi buruk. Coba saja lihat data yang
sudah dikumpulkan oleh lembaga-lembaga terkait.
Departemen kesehatan telah
merilis data periode tahun 1996-2005 menunjukkan bahwa angka kurang gizi anak
Indonesia mencapai 28,04%. Data Unicef tahun 2006 menyatakan jumlah anak balita
penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta (tahun 2005) menjadi 2,3
juta (2006). Di luar 2,3 juta penderita gizi buruk masih ada 5 juta lebih
mengalami gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang ini sekitar
28% dari total balita di seluruh Indonesia. Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian tahun
2007 mencatat Sekitar
lima juta balita di Indonesia terindikasi kekurangan gizi, akibat kurangnya
asupan makanan, dan rendahnya daya beli masyarakat, termasuk minimnya
ketersediaan pangan.
Dan yang paling mengejutkan lagi
hasil sementara Survei Kesehatan Nasional (Balitbangkes) di Departemen Kesehatan yang
masih berlangsung hingga saat ini. Survei itu baru mengambil data 28 dari 33
provinsi yang ada di Tanah Air. Dari hasil penelitian itu menyatakan sebanyak 37 % anak Indonesia usia 0-5
tahun bertubuh pendek karena kekurangan gizi (Tempo,
27 Agustus 2008). Dari data tersebut menunjukan bahwa prevalensi gizi
buruk masih tergolong tinggi. Fakta tersebut merupakan persoalan serius yang
harus diselesaikan oleh pemerintah. Kalau realitas ini didiamkan begitu saja,
kita tidak tahu bagiamana masadepan generasi penerus negeri ini.
Bagimana
akan menjadi bangsa yang bermartabat kalau generasi mudanya lemah, SDM nya
rendah dan tidak inovatif. Sedangkan untuk menjadikan generasi yang kuat,
cerdas dan berwawasan luas, tentunya dimulai dari kesahatan secra fisik. Kesehatan
bisa dinikmati bila pasokan makanan yang wajib dikonsomsi oleh tubuh manusia terpenuhi
setiap hari. Dengan demikian adalah sebuah keniscayaan suatu usaha pencegahan dan
mengurangi gizi buruk bagi anak-anak Indonesia.
Menuju
Indonesia Sehat
Diantara Negara-negara Asia, misal kita bandingkan dengan
Thailand, Malaysia dan Singpura, Indonesia menduduki posisi teratas dalam
kekurangan dan gizi buruk. Sungguh “ironis”, Indonesia sudah merdeka 64 tahun
silam, sedangkan peringatan HGN sudah ke 57. Itu artinya 57 tahun Indonesia sudah mempunyai kesadaran
kesehatan, terhitung setelah 14 tahun Indonesia merdeka. Namun, masih banyak
anak-anak Indonesia mengalami gizi buruk. Pertanyaanya mengapa hal ini bisa
terjadi?
Ada banyak faktor hal ini terus terjadi, diantaranya letak
geografis sehingga penyaluran beras, makanan-makanan kadang tersendat.
Kurangnya kesadaran masyrakat akan pentingnya makanan bergizi untuk kesehatan
tubuh. Dan faktor yang tak kala penting lemahnya ekonomai rakayat. Menurut
penulis foktor ini menjadi the basic problem (persolan utama) penyebab
masyarakat kekurangan gizi. Kenapa demikian? Karena ketika faktor geografis dan
kesadaran masyarakat sudah dimiliki, hal itu menjadi sia-sia, ketika mau
belanja makanan bergizi tidak ada biaya.
Bangsa yang kuat dan bermartabat dibangun dengan modal
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkulitas tentunya melahirkan SDM
yang bermutu. Kita lihat kenapa Negara Jepang bisa maju, bahkan industrinya
menjadi ancama dunia. Ternyata, Takashi Osada pernah mengtakan, mengapa Jepang bisa
maju, karena Jepang memliki sumber daya yang melimpa, salah satunya yang
dimaksud adalah SDM. Betapa signifikannya peran SDM dalam membangun sebuah
Negara (nation building). Dengan modal SDM Jepang bisa menjadi Negara
yang kuat, padahal kalau kita bandingkan SDA Jepang dengan Indonesia, jelas Negara
kita lebih unggul.
Kalau melihat data yang dirilis oleh UNDP tahun 2000
tentang mutu SDM, Indonesia berada urutan 109, jauh dibawah Malaysia nomor 69
dan Berunai Darussalam nomor 32. Saya kira konidisi ini sebanding dengan
tinginya data penduduk Indonesia yang mengalami gizi buruk. Itu artinya
kesehatan masyarakat akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya SDM. Langka kuratif
pemerintah yang mencanangkan program Indonesia sehat 2010 merupakan solusi yang
solutif dalam meningkatkan SDM masyarakat indonesia.
Upaya
Kolektif
Selain tangung jawab pemerintah, penanggulangan gizi buruk
juga menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebagimana Deputi Kepala Perwakilan
Badan Pangan Dunia PBB, World Food Program (WFP) untuk Indonesia, Bradley
Busseto pun pernah mengatakan ketika kunjungannya ke Indonesia pada bulan
oktober 2008 lalu bahwa kondisi tidak menguntungkan ini (gizi buruk) harus kita
tanggulangi secara bersama-sama terutama para pengusaha mengumpulakan dana
untuk memberikan bantuan kepada yang kurang mampu.
Sejauh
pemahaman penulis, peran kolektif–elemen pemerintah, swasta, LSM, lintas instansi,
dan masyarakat umum dalam penanggulangan gizi burk adalah pilahan yang paling
tepat. Peran berjamaah tersebut diaplikasikan dalam beberapa langka
strategis. Pertama, peran pemerintah pada wilayah mengurangi kemiskinan rakyat
indonesi. Dalam konteks ini, langka kongret yang sudah dilakukan oleh
pemerintahan SBY-JK adalah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM). Program ini merupakan gabungan Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang
mampu menciptakan lima juta lapangan kerja selama periode 2007-2009. Anggaran
untuk PNPM mencapai Rp. 14,4 triliun dalam kurun waktu 2007-2009. Dalam melaksankan
program tersebut pemerintah akan bekerja sama pada instansi yang terkait, yang
tersebar di 19 departemen. Program itu, antara lain, program biaya operasional
sekolah (BOS), pengadaan obat dan pelayanan kesehatan murah, bantuan langsung
tunai (BLT).
Kedua,
revitalisasi suprastruktur kesehatan,
misal menata ulang konsep fungsional pos pelayanan terpadu (posyandu)
masyarakat pedesaan. sehingga posyandu benar-benar menajadi lembaga sosial yang
berperan dalam membantu kesehatan masyarakat. Dalam konteks ini, peutugas posyandu
tidak hanya sekedar menjalankan tugas profesi, tapi bagaimana bisa memberikan
pemahaman pada masyarkat bahwa gizi sangat penting bagi pertumbuhan anak-anak
mereka.
Ketiga,
membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan melalui sosialisasi dan penyuluhan kesehatan. Upaya ini harus diawali
kerja sama lintas instansi agar pintu pemhamana masyarakat akan terbuka lebar. Keempat,
reformulasi kurikulum pendidikan yang memberikan ruang lebih terhadap mata
pelajaran yang berkatian dengan kesehatan, terutama sekolah tingkat dasar. Penanaman
kesadaran diusia dini akan memberikan dampak luar biasa. Jika diusia dini sudah
tertanam kesadaran pentingnya kesehatan, maka diusia selanjutnya terus
membiasakan hidup sehat.
Sudah
waktunya menjadi Bangsa yang sehat dan kuat. Masyarakat sehat merupakan
investasi terbesar untuk menuju masadepan Bangsa Indonesia yang lebih baik
lagi. Bangsa yang bangkit dari keterpurukan, lepas dari krisis jeratan multi
dimensi menjadi Negara yang sejahtera dan bermartabat. Amiin
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar