Ketika orang-orang terbuai dalam
asmara, berlomba-lomba memamerkan style – jangan sampai mati gaya,
tempat nongkrongnya adalah Mal-mal besar, banyak tertawa dengan mengatakan
hidup itu mengalir, dan masih banyak lagi mind-set genarasi muda
sekarang yang pada intinya jalani aja hidup, kenapa harsu dipersulit. Namun, saya
dan para sahabat/i masih enojoy membaca buku, berdiskusi, berorganisasi,
berpakaian seadanya bahkan robek-robek kayak orang desa yang kurang pakian, pun
sandal jepit yang konon ciri kas orang kampong, masih tetap kami gunakan ketika
berangkat kekampus dan berdiskusi, dan hidup “ke-sendirian” dalam mengarungi
perjuangan (yang kami yakini) hari ini sudah konsekuensi yang kami hadapi.
Untung saja So Ho Gie perna mengatakan: “Ketika taman-teman berkhianat,
ternyata kesendirian adalah perjuangan yang sejati” (Catatan Sang
Demonstran)
Kalau dilihat trend anak muda
sekarang, nampaknya saya dan sahabat/i bagian orang-orang yang kuper, orang
kampong, orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman, ya begitulah kata
meraka untuk meremekan orang lain. Hal ini kata hati saya, entah benar atau
salah, kita kan bebas berpendapat. Orang lain boleh mau berkomentar apa silakan
saja. Disini kita tidak membahas benar dan salah. Namun, saya mencoba memotret
kenapa realitas seperti ini terjadi. Sehingga timbul beberapa pertanyaan ; 1.
apakah sudah siklus kehidupan manusia 2. Apakah merupakan budaya Indonesia yang
tidak punya pendirian baik secara bernegara, bermasyarakat, dan
ber-individupun. 3. Apakah kaum muda menyadari realitas ini, 4. Bagaimana
dampak dari realitas ini? 5. Bagaiman pemuda menghadapi realitas ini 6.
Disamping mereka terbuai dalam hidup yang serba wah, tidakkah pernah terpikir
apa yang harus saya lakukan masa sekarang, skill apa yang hasus saya punya,
bagaimana masa depan saya nanti atau kedepan saya harus terjun keduania apa
ditengah zaman (dalam konteks Indonesia) yang katanya zaman edan krisis segala
lini, kapitalis merajarela, Negara sudah tidak berfungsi, hak-hak rakyat
dirampas yan punya modal, kamum miskin terpinggirkan – yang kaya makin kaya,
yang miskin makin sengsara, karya petani tidak dihargai, Wakil rakyat sudah
tidak tidak bisa dihandalkan, hukum diperjual belikan, agama digunakan alat
sebagai pembebenaran kekerasan dan masih banyak lagi ketimpangan sosial yang
terjadi.
Saya tidak kemudian merasa
makhluk yang paling bersih lantas mengunngkapkan realitas diatas, ini hanya
suara hati saya saja yang kemudian menjadi refleksi saya pribadi selama
menjalani hidup, selama kuliah, selama ikut berorganisasi, selama mondok, lantas
apa yang sudah saya lakukan, apa yang sudah saya dapat, sejauh mana saya
berusaha, sehingga berfikir bagaimana mana masadepan saya nanti. Karena saya
adalah Zon Politikon, yang dikeliling saya ada diantaranya : saya pribadi
seorang hamba Allah, keluarga, masyarakat, kampus, organisasi, bahkan Negaraku yang
tercinta. Dengan demikian saya harus berfikir tentang kebahagiaan, balas jasa,
pengabdian, berkorban dan berjuang untuk semua yang berada dilingkaran hidupku.
Hal itulah yang membuat saya terus berfikir masa sekarang masa depa dan masa
lalu. Itu lah siklus hidup manusia. Kalau saya tidak berpikir demikian mungkan
banyak kesalahan yang akan saya lakukan dikehidupan yang akan datang. Seperti,
menyesali diri sendiri, tidak patu kepada agama, mengecewakan orang yang
disekir saya, durhaka terhadap orang tua, tidak menjadi warga Negara yang dan
sebagainya. Saya tidak mau semuanya menimpa diriku sebelum masa tauku datang.
Demikian alasan saya. Sederhana
bukan! 2010
Tidak ada komentar: