Kemanakah Aku Harus Melangka - Abulaka Archaida

Rabu, 21 September 2016

Kemanakah Aku Harus Melangka


Ketika orang-orang terbuai dalam asmara, berlomba-lomba memamerkan style – jangan sampai mati gaya, tempat nongkrongnya adalah Mal-mal besar, banyak tertawa dengan mengatakan hidup itu mengalir, dan masih banyak lagi mind-set genarasi muda sekarang yang pada intinya jalani aja hidup, kenapa harsu dipersulit. Namun, saya dan para sahabat/i masih enojoy membaca buku, berdiskusi, berorganisasi, berpakaian seadanya bahkan robek-robek kayak orang desa yang kurang pakian, pun sandal jepit yang konon ciri kas orang kampong, masih tetap kami gunakan ketika berangkat kekampus dan berdiskusi, dan hidup “ke-sendirian” dalam mengarungi perjuangan (yang kami yakini) hari ini sudah konsekuensi yang kami hadapi. Untung saja So Ho Gie perna mengatakan: “Ketika taman-teman berkhianat, ternyata kesendirian adalah perjuangan yang sejati” (Catatan Sang Demonstran)

Kalau dilihat trend anak muda sekarang, nampaknya saya dan sahabat/i bagian orang-orang yang kuper, orang kampong, orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman, ya begitulah kata meraka untuk meremekan orang lain. Hal ini kata hati saya, entah benar atau salah, kita kan bebas berpendapat. Orang lain boleh mau berkomentar apa silakan saja. Disini kita tidak membahas benar dan salah. Namun, saya mencoba memotret kenapa realitas seperti ini terjadi. Sehingga timbul beberapa pertanyaan ; 1. apakah sudah siklus kehidupan manusia 2. Apakah merupakan budaya Indonesia yang tidak punya pendirian baik secara bernegara, bermasyarakat, dan ber-individupun. 3. Apakah kaum muda menyadari realitas ini, 4. Bagaimana dampak dari realitas ini? 5. Bagaiman pemuda menghadapi realitas ini 6. Disamping mereka terbuai dalam hidup yang serba wah, tidakkah pernah terpikir apa yang harus saya lakukan masa sekarang, skill apa yang hasus saya punya, bagaimana masa depan saya nanti atau kedepan saya harus terjun keduania apa ditengah zaman (dalam konteks Indonesia) yang katanya zaman edan krisis segala lini, kapitalis merajarela, Negara sudah tidak berfungsi, hak-hak rakyat dirampas yan punya modal, kamum miskin terpinggirkan – yang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara, karya petani tidak dihargai, Wakil rakyat sudah tidak tidak bisa dihandalkan, hukum diperjual belikan, agama digunakan alat sebagai pembebenaran kekerasan dan masih banyak lagi ketimpangan sosial yang terjadi.

Saya tidak kemudian merasa makhluk yang paling bersih lantas mengunngkapkan realitas diatas, ini hanya suara hati saya saja yang kemudian menjadi refleksi saya pribadi selama menjalani hidup, selama kuliah, selama ikut berorganisasi, selama mondok, lantas apa yang sudah saya lakukan, apa yang sudah saya dapat, sejauh mana saya berusaha, sehingga berfikir bagaimana mana masadepan saya nanti. Karena saya adalah Zon Politikon, yang dikeliling saya ada diantaranya : saya pribadi seorang hamba Allah, keluarga, masyarakat, kampus, organisasi, bahkan Negaraku yang tercinta. Dengan demikian saya harus berfikir tentang kebahagiaan, balas jasa, pengabdian, berkorban dan berjuang untuk semua yang berada dilingkaran hidupku. Hal itulah yang membuat saya terus berfikir masa sekarang masa depa dan masa lalu. Itu lah siklus hidup manusia. Kalau saya tidak berpikir demikian mungkan banyak kesalahan yang akan saya lakukan dikehidupan yang akan datang. Seperti, menyesali diri sendiri, tidak patu kepada agama, mengecewakan orang yang disekir saya, durhaka terhadap orang tua, tidak menjadi warga Negara yang dan sebagainya. Saya tidak mau semuanya menimpa diriku sebelum masa tauku datang.

Demikian alasan saya. Sederhana bukan! 2010

Tidak ada komentar:

@abulaka