Cari wacana :
-
Sekema Pertarungan idiologi dunia
-
Prinsi Sosialisme menuju kesejahteraan
Pete Idiologi liberalisme-kapitalisme dan sosialisme-komunisme
Prinsip
pertarungan : negara kesejahteraan/ social welfare state
Pelaku
: Negara
Dampak Pertikaian : melahirkan kekerasan, termasuk Perang Dingin
dan perlombaan senjata.
Blok
Negara
Sosialisme : Negara-negara Indocina
(Vietnam, Laos, dan
Kamboja),
ada forum Sosial dunia (FSD)
Kapitalisme
: Indonesia atau Cile di Amerika Latin, ada forum
ekonomi dunia (FED)
Kapitalisme : liberalisasi perdagangan, globalisasi ekonomi, bahkan neoliberalisme
Prinsip
:
- Kapitalisme : globalisasi dan liberalisasi perdagangan merupakan jalan menuju kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi dunia
-
Sosialisme : SebaliknyaIndikasi
Konsep Kapitalisme gagal, meskipun pertarungan idiologi dimenangkan kelompok
lebaralisme-kapitalisme :
1. Sekitar 770 juta orang di dunia menderita kelaparan
2. 800 juta orang lagi mengalami kelangkaan pangan.
3. Jutaan anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi.
4. Kesenjangan
ekonomi antara negara kaya dan negara miskin sangat lebar.
5. Negara
maju mengalami kelimpahan, affluency, sementara negara berkembang
mengalami kelangkaan, scarcity.
n
Globalisasi Þ :;;;;;;;
- Pengertian :
dunia tanpa batas (borderless), ada kebebasan untuk lintas batas
untuk berbagai macam aktivitas manusia
- globalisasi
telah menjadi kekuatan serakah dari sistem kapitalisme-liberalisme yang
telah menyengsarakan kehidupan Bangsa Indonesia, sehingga harus dilawan dengan kekuatan
ekonomi-politik nasional yang didasarkan pada ekonomi rakyat (Mubyarto
2002: 1-4).
- Dalam pengertian umum, Davies dan Nyland
(2004: 5-6) menemukan lima pengertian globalisasi tersebut, yaitu (1)
internasionalisasi; (2) liberalisasi; (3) universalisasi
(universalization); (4) Westernisasi (westernization) atau
modenisasi; dan (5) suprateritorialitas (supraterritoriality), yang
mengandung makna bahwa “ruang sosial tidak lagi dipetakan atas dasar
tempat, jarak, dan batas-batas wilayah”.
- Dalam
konteks ekonomi, globalisasi dikaitkan dengan proses internasionalisasi
produksi, perdagangan, dan asarp uang
Sejarah
Globalisasi
- Globalsasi
dlm ekonomi sdh delakukan sejaka zaman kolonial
- Cristobal
Colon pada abad 16 an, yang kemudian dikenal dengan nama Christopher
Columbus, dengan dukungan dana dari Raja dan Ratu Spanyol berlayar
mengarungi lautan untuk menuju wilayah Asia yang diberitakan berlimpah
dengan kekayaan alam dan emasnya
- jurubicara terkenal Kerajaan Inggris tahun 1890-an, Cecil
Rhodes, yang menyatakan
perlunya negara mendapatkan tanah yang baru, karena lahan (jajahan) yang
baru tersebut bisa menguntungkan negerinya:
- Pandangan-pandangan demikian merupakan pandangan
kaum merkantlis pada abad ke-17 dan ke-18, yang menjadikan globalisasi
ekonomi guna memperoleh surplus perdagangan dalam rangka memperkuat
negaranya. Alexander Hamilton, tokoh merkantilis dari Amerika
Serikat pada tahun 1791 berkaitan dengan kebijakan proteksi AS di bidang
industri menulis: “Not only the wealth but the independence and
security of a country apperas to be materially connected to the prosperity
of manufactures” (Gilpin, 2002: 92).
- Titik yang
signifikan terjadi tahun 1947 saat mulai berlakunya dan dilembagakannya Perjanjian Umum tentang Tariff dan
Perdagangan atau GATT (General
Agreement on Tariffs and Trade)Komitmen yang mengarah pada globalisasi
perdagangan dunia yang dimotori oleh Amerika Serikat tersebut pertama kali
hanya diikuti oleh 23 negara.
- Evolusi
globalisasi ekonomi ini kemudian berkembang sangat cepat sejak akhir
1980-an. Melalui perundingan panjang yang dilakukan GATT selama 8 tahun,
yang dikenal dengan Putaran Uruguay pada tahun 1995 berhasil
memutuskan membentuk World Trade Organization (WTO). Keanggotaan
WTO ini terus berkembang dan sampai Februari 2005 mencapai 148 negara,
dengan bidang cakupan yang lebih luas, yakni menyangkut liberalisasi
lalulintas barang dan jasa (GATS).
- Secara garis besar,
evolusi atau kecenderungan globalisasi ini dapat dikategorisasikan menjadi tiga
tahap (Djiwandono, 2004: 3), yaitu:
a. gelombang pertama
antara tahun 1870-1914. Periode ini ditandai perkembangan dalam peralatan
transportasi dan penurunan rintangan perdagangan sehingga meningkatkan perdagangan
internasional dan investasi oleh negara-negara Amerika Utara dan Eropa ke
berbagai kawasan;
b.
gelombang kedua antara tahun 1950-1980, yang ditandai oleh integrasi
negara-negara kaya, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Laju
pertumbuhan negara berkembang juga meningkat, namun umumnya jurang perbedaan
antara negara maju dengan negara berkembang semakin besar;
c.
gelombang globalisasi mutakhir mulai tahun 1980-sekarang, yang ditandai oleh
kemajuan teknologi transportasi, komunikasi, perkembangan sejumlah
negara-negara berkembang yang membuka diri terhadap perdagangan luar negeri dan
investasi asing (Washington Concensus). Dapat dikatakan sejak akhir
1980-an globalisasi yang sebelumnya berjalan lamban, berubah dari proses evolusi menjadi revolusi .
Globalisasi ekonomi konteks Indonesia :
- Bangsa
Indonesia dipaksa menyesuaikan dengan sesuatu yang berbeda dengan
pandangan hidupnya.
- Melalui
berbagai payung “kesepakatan” (agreements) yang dinaungi WTO (World Trade Organization),
Bank Dunia, ataupun IMF (International Monetary Fund),
- perekonomian
nasional semakin digiring ke arah persaingan bebas, keterbukaan ekonomi
yang luas,
- pengurangan
campur tangan pemerintah dalam ekonomi, maupun penjualan aset-aset BUMN
kepada investor asing lewat apa yang dikenal dengan privatisasi
ataupun divestasi.
- Lewat saran
dari IMF pula kita melakukan penyehatan perbankan dengan biaya sampai Rp 650 triliun, melalui
dana rekapitalisasi perbankan yang kini setiap tahun menjadi beban rakyat
yang tercermin pada APBN
- sebelumnya
menganut sistem nilai tukar mengambang (managed floating exchange rate
system) berubah ke sistem nilai tukar bebas (freely floating
exchange rate systemt) pada bulan Agustus 1997
- Tekanan
melalui Letter of Intents dengan IMF untuk melaksanakan privatisasi
telah membuat BUMN
- Misalnya
terjadi pada PT Indosat
- GATS
pula kini “pengetahuan” dianggap sebagai suatu komoditi sehingga pendirian
lembaga pendidikan juga tunduk pada ketentuan WTO. Hal ini sedang “digugat”
oleh pimpinan perguruan tinggi di tanah air
Kelemahan Globalisasi ekonomi :
- kekuatan
pasar global
- Tidak ada
kontrol pemerintah
- Negara
bekembang dipaksakan keterbukaan ekonomi, krn makanan empuk bagi mereka
- Tidak ada
subsidi dari pemerintah
- Menghilangkan
hambatan yang berwujud tarif bea masuk maupun hambatan-hambatan bukan
tarif, seperti pelarangan impor, kuota, lisensi impor, dan sebagainya
- Dimasukkannya
sektor jasa dalam liberalisasi ekonomi dunia itu, sebagai implementasi
GATS (General Agreement on Trade and Services) , semakin menyudutkan posisi banyak negara
berkembang, termasuk Indonesia, yang umumnya sangat lemah dalam sektor
jasa
- Ketika Putaran
Uruguay sedang berlangsung, dua lembaga-lembaga ekonomi
internasional, OECD dan Bank Dunia
(1992), yang meneliti kemungkinan
dampak liberalisasi perdagangan dunia terhadap beberapa negara di dunia
menunjukkan manfaat terbesar
liberalisasi pasca Putaran Uruguay akan dinikmati oleh
negara-negara anggota Masyarakat Eropa (Uni Eropa), Cina, Jepang, USA, dan
negara-negara yang tergabung dalam EFTA
- Dengan
mengasumsikan terjadi pengurangan tarif dan subsidi sebesar 30%,
liberalisasi perdagangan dunia tahun 2020 akan memberikan manfaat ekonomi
sebesar US$ 213 miliar dollar AS. Dari nilai itu, US$ 80,7 miliar
dinikmati negara-negara anggota Masyarakat Eropa, diikuti RRCina (US$37
miliar), Jepang (US$ 25,9 miliar), Amerika Serikat (US$ 18,8 miliar), dan
negara-negara anggota EFTA (US$ 12,3 miliar). Indonesia diperkirakan waktu
itu mengalami kerugian US$1,9 miliar (OECD dan IBRD dalam Hamid
dan Hendrie Anto, 2000: 102-103)
-
perwujudan globalisasi
ekonomi, baik integrasi ekonomi regional,
- APEC,
- NAFTA,
- AFTA,
- maupun
integrasi global seperti WTO (GATT)
Globalisasi
:
Alasan
kenapa Globalisasi ditolak :
- sebagian
besar negara dunia adalah negara miskin yang belum terbiasa dengan budaya
persaingan bebas
- bagi negara
yang lemah dan kurang kompetitif dapat menjadi suatu malapetaka
Solusi
Globalisasi :
- Ekonomi
kerakayatan
- Membentuk
gerakan anti globalisasi
- Gerakan
membangun kesadaran masyarakat
- Memutus mata
rantai perselingkuan pemerintah dengan
Tidak ada komentar: