Oleh: Abulaka Archaida (AA)
Hidup aman, tentram, nyaman dan sejahtera adalah idaman
setiap orang. Pun termasuk warga Pantai Timur, apalagi kita sebagai mahasiswa
yang notabene memilik pendidikan lebih tinggi dari pada masyarakat biasa. Kita
yakini bersama mahasiswa memiliki kesadaran sosial, maka dari itu ia selalu
menginginkan perubahan di setiap aspek kehidupan masyarakat. Perubahan itu
adalah keniscayaan, suatu realita yang tidak bisa dihindari. Perubahan dan
ketertindasan menuju kemerdekaan, dari kebodohan menuju ke cerdasaran, dan dari
masyarakat yang tertinggal menjadi masyarakat maju peradabannya. Saya pikir
masyarakat Pantai Timur ingin berubah dari semua itu. Bisa diambil kesimpulan
bahwa kita sebagai masyarakat kawasan Pantai Timur (KPT) menginginkan KPT
peradabannya maju, fasilitas umumnya memadai dan yang terpenting kesadaran
pendidikannya tinggi sehingga tercipta masyarakat yang aman, tentram dan
sejahtera, baldatun toyyibatun ghofur.
Pemekaran adalah Keniscayaan
Namun, realitas yang kita rasakan berbanding terbalik
dari yang kita harapkan. Sudah tidak menjadi rahasia umum bahwa kawasan Pantai
Timur yang terdiri dari beberapa kecamatan (Sungai Menang, Air Sugihan, Cengal,
Tulung Selapan, dan Pakalampam), terutama empat kecamatan kecuali Pakalampam
merupakan daerah yang terisolir, fasilitas umum kurang memadai, kurangnya
dukungan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan sumber daya alam (SDA)
setempat (hanya 20% SDA yang dikelolah oleh penduduk setempat) masih lemahnya
kesadaran pendidikan masyarakat dan yang paling mengenaskan data pemerintah OKI
kemiskinan terbanyak di daerah pesisir pantai. Hal ini mestinya tidak terjadi,
kalau ada perhatian dari pemerintah kabupaten. Perhatian tersebut bisa
direalisasikan dalam bentuk penyuluhan, bantuan, pembinaan desa dan program
pemberdayaan masyarakat.
Bayangkan saja jalan sebagai akses utama yang
menghubungkan masyarakat ke kota. Artinya meruapakan jalur utama perekonomian
bagi desa-desa yang terpencil, itu saja tidak diperhatikan pemerintah
kabupaten. Miris rasanya. Bagaimana tidak, jalan penghubung kecamatan Tulung
Selapan ke Palembang bagaikan jalan tidak berpenghuni, dibiarakan berlubang
begitu saja dalam hitungan berbulan-bulan, bahkan tahunan. Pertanyaan bagaimana
masyarakat mau sejahtera? Lantas siapa yang bertanggungjawab.
Mungkin kita bisa maklumi karena wilayah Kab. OKI terlalu
besar, memiliki luas 18. 000 KM persegi, 18 kecamatan dan 311 desa. Sedangkan
Kab. OKI memiliki relatif kecil, denan APBD di bawah 1 triliun sehingga tidak
cukup anggaran untuk wilayah seluas itu. Tapi, paling tidak harapan kami jangan
terlalu tinggi kesenjangan pembangunan terjadi, meskipun Pantai Timur jauh dari
kota.
Kita sedang tidak menyalahkan orang-orang terkait, tapi
itu sebagai bahan renungan kita bersama betapa jauhnya peradaban (dalam ranah
apapun) masih kita tertinggal dengan daerah-daerah lain. Tanpa mengklaim orang
lain, apakah ada yang merasakan demikian? Paling tidak kita sebagai mahasiswa
merasakan hal yang demikian dan kita sadar bahwa mahasiswa juga berkewajiban
untuk merubah semua itu.
Dari pemaparan di atas, paling tidak ada beberapa faktor
mengapa KPT berkembangnya lamban. di antaranya: 1). wiayah Kabupaten OKI
terlalu luas luas sehingga KPTas tidak
bisa dijangkau dalam percepatan pembangunan karena jauh dari pusat
pemerintahan. 2). APBD terlalu kecil sehingga tidak cukup memenuhi kebutuhan
dari 18 kecamatan dan 331 desa yang ada, 3) Randahnya tingakat pendidikan
masyarakat, 4). Fasilitas umum tidak bisa mengimbangi kebutuhan masyarakat.
Tanpa kita memiliki pemerintahn indepen yang bisa menentukan pembangunan
sendiri, maka KPT tidak bisa berkembang. Sedangkan menuju pemerintahan
independen, KPT harus lepas dari pemerintah kabupaten OKI. Artinya kita harus
berdiri sendiri dan yang sering kita sebut pemekaran. Dengan kata lain
pemekaran KPT adalah suatu keiharusan dan segera direalisasikan.
Peran Mahasiswa
Kita sebagai mahasiswa yang menyandang predikat agent of
social, agent of control, agent of cange. Mahasiswa selain memiliki kewajiban
akademik juga memiliki tanggung jawab sosial. Dengan kata lain mahasiswa harus
peka terhadap realitas masyarakat sekitar, terutama kondisi masyarakat daerah
kelahiran. Potensi dan peran mahasiswa tersebut tidak bisa direalisasikan jika
tidak dikembangkan dan dilatih dalam sebuah organisasi apapun, semisal organisasi
kampus, organisasi masyarakat, partai politik dan yang paling sederhana
organisasi daerah sendiri yang bersentuhan langsung dengan masyarakatt
setempat.
Kembali pada persoalan menuju KPT, selain adanya upaya
pemekaran, peran mahasiswa juga menjadi faktor penting dalam menuju semua
cita-cita di atas. Masa depan kemajuan suatu bangsa terletak di tangan pemuda
karena itu adalah generasi harapan bangsa, pemuda selalu menjadi pemotor
(penggerak) perubahan. Soekarno pernah bilang "berikan aku 10 Pemuda, maka
aku bisa merubah Indonesia". Berarti untuk merubah KPT cukup 2 pemuda.
Andaikan kita yang terkabung dalam Aliansi Mahasisw Pantai Timur lebih dari 100
mahasiswa semuanya memiliki kesadaran sosial, maka KPT akan lebih maju dari
daerah-daerah lain. Semoga.
Dari itulah, ada keinginan bersama membentuk organisasi
mahasiswa kawasan Pantai Timur yang kuliah di mana pun. Dengan harapan
organisasi tersebut sebagai ruang aplikasi mahasiswa yang memiliki tanggung
jawab sosial pada masyarakat, dan yang terpenting adalah bagaimana organisasi
tersebut bermanfaat bagi masyarakat Pantai Timur baik sekarang maupun di masa
yang akan datang ketika sudah menjadi kabupaten nanti.
Adapun dalam proses pembentukannya tidka serta merta
langsung dibentuk nama organisasi dan setrukturnya. Lebih dari itu yang
terpenting adalah bagaimana kita saling memahami satu sama lain yang dibingkai
dengan penyatuan persepsi. Dari adanya kesepahaman bersama melahirkan rasa
kebersamaan modal utama dengan membangun organsasi adalah kebersamaan. Maka
organsisi yang akan dibangun ini bertambah lama dan banyak manfaatnya. Amiin
Untuk menuju penyatuan persepsi tersebut ada jalan yang
sudah kami lalui. Di antaranya membudayakan silaturrahmi satu sama lain,
berkomunikasi jarak jauh menggunakan HP, berdiskusi bersama, buka bersama
beberapa tahun lalu (2007 di Balai Desa Tulung Selapan) dan beberapa lalu puasa
ke 11 IAIN Raden Patah Palembang. Kegiatan puasa dan dialog interaktif ini
merupakan rangkaian ikhtiar menuju terbentuknya organisasi mahasiswa kawanasan
Pantai Timur. Hidup Mahasiswa.
Tidak ada komentar: