Oleh: Abulaka Archaida (AA)
Association of South East Asian Nations (ASEAN)
merupakan perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang beranggotakan sepuluh
negara. Dalam deklarasi ASEAN maksud dan tujuan asosiasi yaitu meliputi kerja
sama di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis, pendidikan, dan bidang lainnya,
serta upaya mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan dengan menghormati
rasa keadilan dan aturan hukum. Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dilandasi oleh
tiga pilar, yaitu Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN,
dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, yang diharapkan dapat saling bekerja sama
untuk membentuk masyarakat ASEAN.
Pada momentum Komunitas ASEAN yang dimulai dari
penerapan ASEAN Economic Community 2015 atau lebih dikenal Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) 2015, menuntut kesiapan Indonesia dalam menyongsong MEA untuk
menunjukan kualitas Sumber Daya Manusianya. Negara-negara di Asia
Tenggara akan menyambut kedatangan Asean Economics Community (AEC) pada akhir
tahun 2015 yang memikiki tujuan untuk menjalin kerjasama antar negara Asia
Tenggara dalam berbagai bidang diantaranya meliputi sosial, ekonomi, budaya,
dan lain-lain.
Pengimplementasian ASEAN Single window di
masing-masing Negara, serta harmonisasi kebijakan seperti adanya standar atau
sertifikasi produk buatan ASEAN dengan MRA (Mutual Recognation Arrangement)
juga merupakan bagian dari agenda ASEAN untuk mencapai MEA 2015. Dengan MEA
2015 maka diharapkan ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu :
1. Pasar tunggal dan basis produksi
2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing
tinggi
3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi
yang setara
4. Kawasan yang terintegrasi dengan
ekonomi global
Implementasi AEC 2015 akan berfokus pada 12 sektor
prioritas, yang tediri atas 7 (tujuh) sektor barang (industri pertanian,
peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri
berbasis kayu, dan tekstil) dan 5 (lima) sektor jasa (transportasi udara,
pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi
atau ASEAN).
Tantangan Bagi Indonesia
Berbicara tentang ASEAN Economic Community pasti
mengarah pada posisi sentral Indonesia didalamnya. Indonesia adalah negera
dengan hampir separuh jumlah penduduk Asia Tenggara dan berkontribusi
separuhnya bagi Pendapatan Domestik Bruto (gross domestic products) regional.
Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dan teladan bangsa yang
multikultural bagi dunia, pengaruh Indonesia semakin diperhitungkan. Begitu
pula dengan pentingnya peran generasi muda didalamnya.
Pemuda Indonesia harus mengejar ketertinggalannya dari
tetangga yang lebih unggul seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei
Darussalam, Filipina, dan bahkan Vietnam. Daya saing (competitiveness) generasi
muda Indonesia harus ditingkatkan dengan implementasi perbaikan kualitas
pendidikan dan keterampilan serta peningkatan kapasitas (capacity building)
yang komprehensif dan konsisten.
Hal ini dikarenakan sasaran pasar yang paling
potensial bagi negara-negara ASEAN tersebut adalah Indonesia karena memiliki
jumlah penduduk yang sangat besar, yakni ±250 juta jiwa atau hampir sentengah
dari jumlah penduduk negara yang tergabung ASEAN yang berjumlah ±600 juta jiwa,
artinya separuh dari pasar ekonomi di ASEAN adalah negara Indonesia. Selain itu
negara terluas dari ASEAN adalah Indonesia yang tentunya juga memiiki kekayaan
alam yang jauh lebih melimpah.
Data World Economic Forum dalam laporan The Global
Competitiveness Report tahun 2013-2014, menempatkan Indonesia di peringkat
ke-38 dari 148 negara. Bahkan berdasarkan daya saing, logistik, dan
produktivitas tenaga kerja selama tahun 2012-2013, posisi Indonesia dibanding
negara ASEAN lainnya mulai mengkhawatirkan, yakni berada di bawah Singapura,
Malaysia dan Thailand.
Di sisi lain, UMKM mencakup 90% dari keseluruhan
perusahaan di ASEAN. Telah disahkan ASEAN Policy Blue Print for SME’s
Development 2004-2014, yang bertujuan untuk menjamin adanya transformasi UMKM
ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis dan inovatif. Bagi Indonesia, UMKM
memiliki peran dan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional, karena
menyumbang 53,3% dari total PDB (Pendapatan Domestik Bruto).
UMKM di Indonesia bergerak di sektor pertanian,
industri dan keuangan. Pertumbuhan UMKM yang dimiliki perempuan di Indonesia
berada pada peringkat tiga tertinggi di Asia Pasific (hasil penelitian
MasterCard). Data dari UKM Center UI, menyebutkan bahwa UKM di Indonesia yang kuat hanyalah 10– 16% dari 53
juta, itu pun di sektor informa.
Menurut Daron Acemoglu dan James A. Robinson dalam
bukunya “Why Nations Faill” (2012), sebuah negara berpotensi menjadi negara
gagal akibat salah dalam pengambilan kebijakan, yakni ketika gagal dalam
membangun institusi ekonominya. Para pengambil kebijakan harus ingat bahwa
krisis di Uni Eropa dan Amerika Serikat juga terjadi akibat salah dalam
mengambil kebijakan di masa lalu dan ketidakmampuan membaca perubahan situasi.
Pada tahun 2008, tingkat kewirausahaan di Indonesia
hanya 0,25% dan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 0,273%. Memang hal ini
sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara lain di dunia, termasuk di
Asia dan ASEAN. Sebagaimana di Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura
lebih dari 7% demikian juga di USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai
11,9%.
Peran Pemuda
Disebut generasi muda karena semangat juangnya yang
tinggi, solusinya yang kreatif, serta perwujudan mereka yang inovatif. Sebagai
penerus bangsa, generasi muda harus mampu melakukan perannya dalam berbagai
bidang, termasuk bidang ekonomi. Bidang ekonomi sangat penting bagi suatu
negara, karena dengan ekonomi bangsa yang baik maka akan mampu membuat isi dari
negara tersebut sejahtera.
Bidang ekonomi
juga sangat berdampak pada berbagi bidang lainnya, seperti bidang pendidikan,
sosial, budaya, dan politik. Sangat vital bila bidang ekonomi dari suatu negara
rusak. Oleh karena itu semua pihak, tidak terkecuali para generasi muda dan
masyarakat harus berkolaborasi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asea (MEA)
dengan tujuan untuk membangun ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Faktanya, saat ini pemuda banyak yang mengalami
stagnansi dan distorsi peran mereka sebagai pemuda. Pemuda kehilangan pandangan-pandangan
visioner, buta akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku
individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya
citra daya saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa.
Negeri ini juga memiliki bonus demografi dengan
komposisi usia pemuda produktif, yang akan memberikan efek dahsyat bagi
kemajuan ekonomi. Pemuda dianggap memiliki peran yang strategis dalam
peningkatan daya saing global karena mereka adalah sosok individu yang
mempunyai jiwa optimis, berpikir maju, dan berintelektual. Perubahan hampir
selalu diprakarsai oleh para golongan muda. Pemuda merupakan pilar bagi
kebangkitan bangsa.
Menurut Badan Pusat Statistik, tahun 2013 lalu jumlah
pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah
penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing
pemuda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa,
termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 yang sudah di depan mata. Pemuda
dapat bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari
sejumlah indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang
sebenarnya.
Banyak pemuda kini yang mengaku peduli bangsa, namun
hanya sekedar omongan belaka, bahkan merendahkan bangsa sendiri. Kritik yang
disampaikan hanya berujung pada menjelekkan pemerintah, merendahkan penguasa,
dan sibuk mencari kesalahan. Kita semakin kehilangan teladan yang intens
memecahkan permasalahan kompleks di sekitar, terlebih memikirkan kemajuan
bangsa. Semakin langka mereka yang terus gelisah saat melihat anak-anak jalanan
kelaparan, membanggakan nama Indonesia di forum-forum internasional, dan
bergerak membantu saat masih banyak orang miskin yang tidur di bawah jembatan.
Untuk itu dibutuhkan suatu revitalisasi cara pandang pemuda yang dibawa
pada sebuah langkah praktis untuk meningkatkan daya saing global.
Menjawab tantangan tidak hanya sekedar berwacana,
muali dari sekarang bangun skill enterpreneur (wirausaha) dalam berbagai
bidang. Kewirausahaan sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk melakukan
pembaharuan di negeri ini. Olehnya, selain business entrepreneur ada juga
goverment Entrepreneur, social Entrepreneur dan academic entrepreneur yang
diperankan sesui fungsi masing-masing.
Hasil penelitian mengatakan, faktor kesuksesan
seseorang ditentukan soft skill sekitar 80% dan sisanya 20% oleh hard skill,
karena kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill).
Jadi pemuda hanya sekali, maka harus berani dalam
melakukan berbagai hal, terutama dalam membangun usaha. Di awali dari sekarang
kita harus menjadi pemuda yang berkarakter (bersikap) dalam mengambil jalan
hidup. Tidak menjadi pemuda galau, mengalir seperti air mengikuti arus zaman
yang pada akhirnya tidak punya tujuan hidup.
Adanya sistem perdagangan bebas, maka interaksi sosial
akan meningkat. Jelas saja konsekuensi yang kita terima banyak persilangan budaya
yang akan kita hadapi. Jika identitas kebangsaan kita tidak kokoh, maka kita
akan terbuai dengan budaya-budaya asing yang nampaknya lebih moderan. Banyak
membaca sejara Bangsa Nenek Moyang kita adalah salah satu menguatkan jati diri
kita. Terlibat dalam berbagai organisasi juga bagian strategi menguatkan
karakter pribadi dan identitas kebangsaan sebagai warga Indonesi.
Pada akhirnya, kita kembali pada pribadi
masing-masing, apakah akan menjadi tuan di negeri sendiri atau pembantu bagi
bangsa lain. Kita memiliki sejarah bangsa besar yang diakui seluruh dunia.
Indonesia diprediksi memimpin dunia, meminjam bahasa Cak Nun, kapten
kesebelasan dunia. Apa lagi hanya memimpin negara Asean, tentu kita lebih bisa.
Pergeseran kemajuan dunia dari Samudra Atlantikke Asia Pasifik semakin nyata. Berbicara
Asia Pasifik pertanyaannya siapa? Tergantung pemuda sekarang, apakah Indonesia
atau Negara Asia lainnya.
Tidak ada komentar: