Strategi Pemda dalam Menghadapi Tantangan MEA - Abulaka Archaida

Kamis, 22 September 2016

Strategi Pemda dalam Menghadapi Tantangan MEA


Oleh: Abulaka Archaida (AA)

Association of South East Asian Nations (ASEAN) merupakan perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang beranggotakan sepuluh negara. Dalam deklarasi ASEAN maksud dan tujuan asosiasi yaitu meliputi kerja sama di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis, pendidikan, dan bidang lainnya, serta upaya mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan dengan menghormati rasa keadilan dan aturan hukum. Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dilandasi oleh tiga pilar, yaitu Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, yang diharapkan dapat saling bekerja sama untuk membentuk masyarakat ASEAN.

Pada momentum Komunitas ASEAN yang dimulai dari penerapan ASEAN Economic Community 2015 atau lebih dikenal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, menuntut kesiapan Indonesia dalam menyongsong MEA untuk menunjukan kualitas Sumber Daya Manusianya. Negara-negara di Asia Tenggara akan menyambut kedatangan Asean Economics Community (AEC) pada akhir tahun 2015 yang memikiki tujuan untuk menjalin kerjasama antar negara Asia Tenggara dalam berbagai bidang diantaranya meliputi sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

Pengimplementasian ASEAN Single window di masing-masing Negara, serta harmonisasi kebijakan seperti adanya standar atau sertifikasi produk buatan ASEAN dengan MRA (Mutual Recognation Arrangement) juga merupakan bagian dari agenda ASEAN untuk mencapai MEA 2015. Dengan MEA 2015 maka diharapkan ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu :

1.        Pasar tunggal dan basis produksi
2.        Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi
3.        Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara
4.        Kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global
Implementasi AEC 2015 akan berfokus pada 12 sektor prioritas, yang tediri atas 7 (tujuh) sektor barang (industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil) dan 5 (lima) sektor jasa (transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi atau  ASEAN).

Tantangan Bagi Indonesia
Berbicara tentang ASEAN Economic Community pasti mengarah pada posisi sentral Indonesia didalamnya. Indonesia adalah negera dengan hampir separuh jumlah penduduk Asia Tenggara dan berkontribusi separuhnya bagi Pendapatan Domestik Bruto (gross domestic products) regional. Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dan teladan bangsa yang multikultural bagi dunia, pengaruh Indonesia semakin diperhitungkan. Begitu pula dengan pentingnya peran generasi muda didalamnya. 

Pemuda Indonesia harus mengejar ketertinggalannya dari tetangga yang lebih unggul seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan bahkan Vietnam. Daya saing (competitiveness) generasi muda Indonesia harus ditingkatkan dengan implementasi perbaikan kualitas pendidikan dan keterampilan serta peningkatan kapasitas (capacity building) yang komprehensif dan konsisten.

Hal ini dikarenakan sasaran pasar yang paling potensial bagi negara-negara ASEAN tersebut adalah Indonesia karena memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, yakni ±250 juta jiwa atau hampir sentengah dari jumlah penduduk negara yang tergabung ASEAN yang berjumlah ±600 juta jiwa, artinya separuh dari pasar ekonomi di ASEAN adalah negara Indonesia. Selain itu negara terluas dari ASEAN adalah Indonesia yang tentunya juga memiiki kekayaan alam yang jauh lebih melimpah.

Data World Economic Forum dalam laporan The Global Competitiveness Report tahun 2013-2014, menempatkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 148 negara. Bahkan berdasarkan daya saing, logistik, dan produktivitas tenaga kerja selama tahun 2012-2013, posisi Indonesia dibanding negara ASEAN lainnya mulai mengkhawatirkan, yakni berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. 

Di sisi lain, UMKM mencakup 90% dari keseluruhan perusahaan di ASEAN. Telah disahkan ASEAN Policy Blue Print for SME’s Development 2004-2014, yang bertujuan untuk menjamin adanya transformasi UMKM ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis dan inovatif. Bagi Indonesia, UMKM memiliki peran dan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional, karena menyumbang 53,3% dari total PDB (Pendapatan Domestik Bruto).

UMKM di Indonesia bergerak di sektor pertanian, industri dan keuangan. Pertumbuhan UMKM yang dimiliki perempuan di Indonesia berada pada peringkat tiga tertinggi di Asia Pasific (hasil penelitian MasterCard). Data dari UKM Center UI, menyebutkan bahwa UKM di  Indonesia yang kuat hanyalah 10– 16% dari 53 juta, itu pun di sektor informa.

Menurut Daron Acemoglu dan James A. Robinson dalam bukunya “Why Nations Faill” (2012), sebuah negara berpotensi menjadi negara gagal akibat salah dalam pengambilan kebijakan, yakni ketika gagal dalam membangun institusi ekonominya. Para pengambil kebijakan harus ingat bahwa krisis di Uni Eropa dan Amerika Serikat juga terjadi akibat salah dalam mengambil kebijakan di masa lalu dan ketidakmampuan membaca perubahan situasi.
Pada tahun 2008, tingkat kewirausahaan di Indonesia hanya 0,25% dan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 0,273%. Memang hal ini sangat  jauh ketinggalan dengan negara-negara lain di dunia, termasuk di Asia dan ASEAN. Sebagaimana di Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura lebih dari 7% demikian juga di USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai 11,9%.

Peran Pemuda
Disebut generasi muda karena semangat juangnya yang tinggi, solusinya yang kreatif, serta perwujudan mereka yang inovatif. Sebagai penerus bangsa, generasi muda harus mampu melakukan perannya dalam berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi. Bidang ekonomi sangat penting bagi suatu negara, karena dengan ekonomi bangsa yang baik maka akan mampu membuat isi dari negara tersebut sejahtera.
 Bidang ekonomi juga sangat berdampak pada berbagi bidang lainnya, seperti bidang pendidikan, sosial, budaya, dan politik. Sangat vital bila bidang ekonomi dari suatu negara rusak. Oleh karena itu semua pihak, tidak terkecuali para generasi muda dan masyarakat harus berkolaborasi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asea (MEA) dengan tujuan untuk membangun ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Faktanya, saat ini pemuda banyak yang mengalami stagnansi dan distorsi peran mereka sebagai pemuda. Pemuda kehilangan pandangan-pandangan visioner, buta akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya citra daya saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa.

Negeri ini juga memiliki bonus demografi dengan komposisi usia pemuda produktif, yang akan memberikan efek dahsyat bagi kemajuan ekonomi. Pemuda dianggap memiliki peran yang strategis dalam peningkatan daya saing global karena mereka adalah sosok individu yang mempunyai jiwa optimis, berpikir maju, dan berintelektual. Perubahan hampir selalu diprakarsai oleh para golongan muda. Pemuda merupakan pilar bagi kebangkitan bangsa.

Menurut Badan Pusat Statistik, tahun 2013 lalu jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing pemuda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 yang sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.

Banyak pemuda kini yang mengaku peduli bangsa, namun hanya sekedar omongan belaka, bahkan merendahkan bangsa sendiri. Kritik yang disampaikan hanya berujung pada menjelekkan pemerintah, merendahkan penguasa, dan sibuk mencari kesalahan. Kita semakin kehilangan teladan yang intens memecahkan permasalahan kompleks di sekitar, terlebih memikirkan kemajuan bangsa. Semakin langka mereka yang terus gelisah saat melihat anak-anak jalanan kelaparan, membanggakan nama Indonesia di forum-forum internasional, dan bergerak membantu saat masih banyak orang miskin yang tidur di bawah jembatan. Untuk itu dibutuhkan suatu revitalisasi cara pandang pemuda yang dibawa pada sebuah langkah praktis untuk meningkatkan daya saing global.

Menjawab tantangan tidak hanya sekedar berwacana, muali dari sekarang bangun skill enterpreneur (wirausaha) dalam berbagai bidang. Kewirausahaan sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk melakukan pembaharuan di negeri ini. Olehnya, selain business entrepreneur ada juga goverment Entrepreneur, social Entrepreneur dan academic entrepreneur yang diperankan sesui fungsi masing-masing.

Hasil penelitian mengatakan, faktor kesuksesan seseorang ditentukan soft skill sekitar 80% dan sisanya 20% oleh hard skill, karena kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). 

Jadi pemuda hanya sekali, maka harus berani dalam melakukan berbagai hal, terutama dalam membangun usaha. Di awali dari sekarang kita harus menjadi pemuda yang berkarakter (bersikap) dalam mengambil jalan hidup. Tidak menjadi pemuda galau, mengalir seperti air mengikuti arus zaman yang pada akhirnya tidak punya tujuan hidup.

Adanya sistem perdagangan bebas, maka interaksi sosial akan meningkat. Jelas saja konsekuensi yang kita terima banyak persilangan budaya yang akan kita hadapi. Jika identitas kebangsaan kita tidak kokoh, maka kita akan terbuai dengan budaya-budaya asing yang nampaknya lebih moderan. Banyak membaca sejara Bangsa Nenek Moyang kita adalah salah satu menguatkan jati diri kita. Terlibat dalam berbagai organisasi juga bagian strategi menguatkan karakter pribadi dan identitas kebangsaan sebagai warga Indonesi.

Pada akhirnya, kita kembali pada pribadi masing-masing, apakah akan menjadi tuan di negeri sendiri atau pembantu bagi bangsa lain. Kita memiliki sejarah bangsa besar yang diakui seluruh dunia. Indonesia diprediksi memimpin dunia, meminjam bahasa Cak Nun, kapten kesebelasan dunia. Apa lagi hanya memimpin negara Asean, tentu kita lebih bisa. Pergeseran kemajuan dunia dari Samudra Atlantikke Asia Pasifik semakin nyata. Berbicara Asia Pasifik pertanyaannya siapa? Tergantung pemuda sekarang, apakah Indonesia atau Negara Asia lainnya. 

Tidak ada komentar:

@abulaka